RSHS Bandung Tak Keluarkan Surat Bebas Covid-19

Kategori:

Cairan pembersih tangan bisa menjadi salah satu penghambat penyebaran virus Covid-19 (Foto: rana/bandungkiwari.com)

BANDUNG, bandungkiwari – Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), dr. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K) menyatakan, pihaknya tidak bisa mengeluarkan surat sehat dari Corona Virus Disease (Covid)-19. Namun, RSHS dapat memberikan pelayanan medical check up (MCU).

“Apabila ada pasien sehat mau ke luar negeri takut ditanya positif atau tidak, kami menyediakan MCU untuk dicek kesehatannya. Untuk orang dari luar negeri yang ingin mengecek kesehatannya itu juga banyak yang datang, tapi kami tidak mengeluarkan sehat dari corona, itu tidak boleh,” ujar Nina di Bandung, Rabu (11/3).

Nina menyebutkan, apabila orang tersebut masuk ke dalam kriteria Orang dalam Pemantauan (OPD), RSHS hanya akan membuat catatan agar orang tersebut dipantau di rumah. Kemudian setelah 14 hari dari kepulangan, orang tersebut bisa kontrol kembali.

Berkaitan dengan merebaknya penyebaran Covid-19, lanjut Nina, saat ini RSHS telah memenuhi beberapa sarana untuk keselamatan pasien maupun pengunjung, seperti hand hygiene serta masker. “Tapi masker ingat yang pakai hanya orang sakit, kecuali petugas yang terkait dengan infeksi,” imbuhnya.

Tak hanya itu, Nina pun memastikan pihaknya memiliki tenaga kesehatan yang telah dibekali dengan informasi yang mumpuni. “Kita mempunyai tim infeksi berjumlah 65 orang, terdiri dari 14 unit terkait, ada sub spesialis, ada spesialis, dokter umum, farmasi, kemudian perawat, dan lain sebagainya. Semua disiplin ilmu,” tutur Nina.

65 petugas tersebut dibagi ke dalam tiga shift setiap harinya untuk melakukan perawatan terhadap pasien dengan kriteria Covid-19. “Kami memberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh (petugas). Kemudian kami berikan juga sosialisasi, informasi, workshop, dan kami juga ajak mereka untuk simulasi memakai skenario ring,” lanjut Nina.

Seluruh anggota tim infeksi tersebut pun dipastikan selalu mengenakan alat pelindung diri (APD). “Kami berusaha untuk terus memenuhi. Sampai sekarang dikatakan cukup,” ujar Nina.

Meski begitu, ia tidak memungkiri mengenai mahalnya APD untuk tenaga kesehatan. “Satu kali pakai sekitar Rp300 ribu. Dan 1 pasien ada 18 kali ganti, artinya dipakai 18 set untuk satu pasien perhari. Karena ada tiga shift, satu shift ada beberapa petugas. Jadi agak mahal,” kata Nina. (Assyifa)

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp