BANDUNG, bandungkiwari – Keheningan pagi di Kampung Jati Kelurahan Pasirbiru Kecamatan Cibiru Kota Bandung, akhir pekan lalu mendadak pecah. Saat tabuhan musik mulai terdengar dan suara penabuh musik meneriakkan kata-kata kebahagiaan.
Keramaian itu hadir karena adanya acara ‘Festival Budaya Bauran Cap Golak ke-5’. Sebuah acara yang memadatkan pesan toleransi, keragaman dan perdamaian dalam balutan sajian seni budaya.

Dua kutub kesenian dari tradisi Sunda dan Tionghoa mengepakkan sayapnya di langit-langit daerah Cibiru. Mengajak semua lapisan masyarakat untuk berbagi kebahagiaan dalam perbedaan.
Bukan hanya seni Reak, Bangbarongan, Barongsai, Kuda Renggong maupun tari tradisi lainnya, bahkan sekelompok anak berkebutuhan khusus ikut terlibat membuat batik.

Abah Enjoem, penggagas acara Festival Bauran Cap Golak menjelaskan, acara ini punya arti dari pendekatan kata Bauran. Di mana arti kata ini menjelaskan konsep Berbaur atau Campur, antara sesama kebudayaan, masyarakat, seniman, dan pemerintah. Sehingga jadinya sinergi bersama dan adanya sikap saling menghargai dalam keberagaman.

“Kalau Cap Golak, itu dari plesetan dari Cap Go Meh. Golak sendiri dalam bahasa Sunda berarti bergolak atau bergemuruh. Itu merupakan keterwakilan dari keramaian acara di sini,” ujarnya.
Lebih jauh Abah Enjoem berharap dengan adanya acara tersebut terjadi ruang pertemuan budaya sekaligus terjalin toleransi di lingkungan masyarakat dengan pendekatan seni budaya.

Rasanya ini tidak berlebihan karena saat tabuhan seni Reak usai, seni Barongsai ikut memanaskan dan mewarnai acara. Pembaruan pun terjadi di lapangan kecil milik warga yang melepas batas perbedaan entis maupun agama.

Itulah kenapa teks Bauran hadir dalam festival tersebut. “Seni tradisi di tanah air tercinta ini banyak yang diambang kepunahan. Hal itu harus dibaurkan atau dibudayakan kembali, terutama kepada generasi muda,” ucapnya di sela acara.

Tentu bukan hanya harapan seorang Abah Enjoem toleransi dan akulturasi budaya terjadi di lingkungan masyarakat. Ketika dua kata tersebut berpadu tentunya konsep welas asih dan penghormatan terhadap perbedaan akan kembali mewarnai keseharian masyarakat. (Agus Bebeng)