BANDUNG, bandungkiwari – Di bawah sentuhan gerimis, Minggu (16/4) malam di lapangan Aula RW 05 Lio Genteng, Kota Bandung, sejumlah anak Sakola Ra’jat (SR) Iboe Inggit Garnasih mengadakan acara pawai obor dan renungan suci.
Sebuah perhelatan sederhana yang diselenggarakan anak-anak muda untuk mengenang satu sosok yang terlupakan, Inggit Garnasih.

Pawai Obor yang sederhana, seolah menyalakan kembali semangat perjuangan Inggit Garnasih yang pernah mendapat Tanda Kehormatan ‘Satyalantjana Perintis Kemerdekaan dan Tanda Kehormatan Mahaputra Utama ini.

Sejatinya kehidupan Inggit Garnasih laik untuk dijadikan diteladani dan dikenang oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun pada kenyataannya Inggit tidak sepopuler pahlawan perempuan Indonesia lainnya, bahkan banyak anak muda yang tidak mengenal sosoknya sebagai istri kedua Presiden Soekarno.

Semangat mengenang dan mengenalkan kembali sosok Inggit Garnasih itulah yang melatarbelakangi SR Iboe Inggit Garnasih, mengadakan Pawai Obor dan Renungan Suci jelang hari kelahiran Inggit Garnasih yang jatuh pada 17 Februari.

Inggit Garnasih dilahirkan di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung pada 17 Februari 1888. Sejak 6 tahun lalu, hari kelahirannya selalu diperingati oleh SR bersama komunitas lainnya. Tercatat komunitas seni, kepemudaan, lintas agama, para tokoh dan warga Lio Genteng tenggelam dalam tajuk ‘Bulan Cinta Ibu Bangsa Inggit Garnasih’ selama satu bulan penuh.

Seperti malam itu, cahaya dari obor yang redup menerpa wajah-wajah bocah yang basah karena keringat. Para peserta bertatapan langsung dengan wajah Inggit Garnasih dalam figura bermotif emas. Foto itu bersandar pada kursi, ditemani bendera merah putih dan deretan foto Inggit di usia senja.

Temaram lampu dan gerimis yang tak jua kunjung reda, mengiringi perjalanan hidup Inggit yang penuh liku dalam pembacaan riwayat hidupnya. Do’a pun beterbangan diiringi rintik gerimis dan peserta acara yang bergilir meletakkan batang demi batang bunga di depan foto Inggit Garnasih.
Inggit mungkin hanya mengantar Soekarno ke pintu gerbang kemerdekaan. Tanpa mengurangi jasa para istri lain presiden Soekarno serta pahlawan lainnya, sumbangsih Inggit begitu besar untuk negeri yang dicintainya. (Agus Bebeng)