BANDUNG, bandungkiwari – Edukasi mengenai pengobatan dan deteksi dini penyakit kanker menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan, apalagi jika menyerang anak. Sejumlah kasus menunjukkan, penderita kanker baru diobati setelah terdeteksi cukup parah.
Menurut satu dokter hemato-onkologi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr. Nur Suryawan, SpA(K), banyak pasien kanker, terutama anak, yang sudah mengalami gejala kanker, tetapi tidak segera dibawa ke rumah sakit yang berkompeten untuk menanganinya. “Setelah parah baru dibawa ke sini,” ujar Nur, di RSHS, Selasa (18/2).
Bahkan, terdapat pasien yang sudah terdiagnosis mengidap kanker, tetapi justru dibawa pulang oleh pihak keluarga. “Mau kita obati dengan kemoterapi, minta pulang dulu, diskusi dulu, berobat (ke tempat lain) dulu. Akhirnya dia berobat ke sini berapa bulan kemudian sudah parah,” lanjutnya.
Nur menyebutkan, terdapat beberapa gejala kanker yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Ia mencontohkan mengenai kanker darah atau leukemia. “Gejala leukemia biasanya anak pucat, ada pendarahan, pendarahannya bisa dari kulit, ada bintik-bintik, pendarahan dari hidung, atau pendarahan gusi,” tutur Nur.
Selain itu terdapat beberapa gejala lainnya, seperti demam yang berkelanjutan, nyeri kepala, mata juling, mata kucing, serta adanya benjolan di bagian tertentu. “Misalnya tumor mata atau tulang otomatis dia ada benjolan di tempat terjadinya,” kata Nur.
Meski begitu, Nur menyebutkan, bahwa kanker pada anak sulit untuk dideteksi. “Hanya satu macam kanker, yaitu kanker retinoblastoma yang bisa dideteksi dari awal,” imbuhnya.
Nur menambahkan, terdapat beberapa kanker pada pasien dewasa yang kini sudah bisa dideteksi sejak dini, seperti kanker serviks ataupun kanker paru. “Tapi khusus anak, memang kita fokuskan kepada tadi, kalau sudah ada gejala, cepat dibawa (ke rumah sakit),” tutur Nur.
Menurut Nur, penyebab kanker itu sendiri merupakan kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan. Namun, hanya terdapat beberapa jenis kanker yang memiliki bakat turunan, seperti retinoblastoma.
“Tapi sekali lagi, kanker bukan penyakit seperti contohnya talasemia atau hemofilia, itu jelas orangtuanya pembawa sifat. Kalau kanker itu tidak bisa diduga, jadi bisa kena siapa saja, ada mutasi genetik. Sehingga dia kena sakit kanker,” tutur Nur. (Assyifa)