BANDUNG, bandungkiwari – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat dan Satuan Petugas (Satgas) Pangan Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat menemukan 250 ton bawang putih di Karawang Timur, Jawa Barat.
Penimbunan ini disinyalir memicu kenaikan harga bawang putih di pasaran sehingga melonjak seratus persen.
“Jelas kalau importir ke distributor terhambat, otomatis ke pedagangnya juga terhambat. Padahal secara stok harusnya sampai Maret itu aman,” ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah, di Bandung, Kamis (13/2).
Awal Februari lalu, harga komoditas bawang putih di Kota Bandung sempat mengalami lonjakan hingga 100 persen. Normalnya, bawang putih dijual dengan harga tertinggi sebesar Rp32 ribu per kilo. Namun, sejak awal Februari, komoditas ini dijual dengan kisaran harga Rp56-60 ribu per kilo.
Hal ini disinyalir diakibatkan oleh adanya importir yang melakukan penimbunan komoditas bawang putih. “Kemarin pada akhir Januari harga masih di Rp30-35 ribu per kilo, tetapi pada Februari lonjaknya sudah 100 persen, dugaan kami ada yang bermain di sini,” ujar Elly.
Elly menambahkan setelah ditemukan penimbunan tersebut, harga komoditas bawang putih telah berangsur turun. “Hari ini rata-rata sudah dikisaran Rp50 ribu per kilo. Jadi, sudah ada penurunan,” katanya.
Untuk memastikan harga, kata Elly, pihaknya sudah melakukan pengecekan di delapan pasar tradisional di Kota Bandung, yaitu Pasar Sederhana, Pasar Kiaracondong, Pasar Baru, Pasar Ancol, Pasar Palasari, Pasar Cihapit, dan Pasar Ujung Berung.
Selain mengenai adanya penimbunan 150 ton bawang putih di Karawang Timur, panic buying oleh para pembeli pun dianggap sebagai salah satu faktor penyebab kenaikan harga. Pasalnya, belakangan muncul kekhawatiran mengenai penghentian impor bawang putih dari China akibat penyebaran virus corona.
“Masyarakat tidak perlu panik. Kami mengimbau belilah sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai keinginan,” ujar Elly.
Elly memastikan, impor komoditas bawang putih dari China tidak akan diberhentikan. “Setelah dirapatkan ternyata yang betul-betul distop impornya itu adalah hewan hidup yang dikhawatirkan bisa menularkan virus corona,” ucap Elly. (Assyifa)