BANDUNG, bandungkiwari – Tawa, riang, gembira. Seperti itulah suasana Senin pagi (9/9) yang cerah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri B Cicendo. Para siswa tampak antusias memainkan ‘si kulit bundar’ bersama sejumlah pesepak bola Persib Bandung.
Kaki-kaki kecil mereka diajari cara menggiring, menendang, hingga mengolah bola oleh para penggawa ‘Maung Bandung’. Para siswa amat antusias dan penuh harap menuju cakrawala impian. Mimpi mereka menggumpal kala dapat kesempatan berswafoto bersama dan memperoleh tanda tangan di baju mereka dari para idola.
Tentu bukan tanpa sebab para penggawa Persib hari di lapangan sederhana milik SLB tersebut. Mereka datang untuk untuk memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-36.
Kesempatan bertemu seniman lapangan hijau pujaan publik Kota Kembang itu bukan hanya milik siswa SLB B Cicendo. Sebelumnya, skuad Robert Rene Alberts juga melakukan road show peringatan Haornas dengan menjumpai siswa di SLB A pada Rabu, 4 September 2019. Acara serupa juga digelar sehari setelahnya, Kamis (5/9), di SLB YPAC Jalan Pasteur, Kota Bandung; dan Jumat (6/9) di SLB Asih Manunggal, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung.
Mereka hadir sambil mengusung tema ‘Sepak Bola untuk Semua’. Tema yang digaungkan untuk menularkan semangat sepak bola bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali, termasuk anak-anak penyandang disabilitas di SLB Cicendo.
Penggawa tim utama Persib yang hadir adalah Abdul Aziz, Dhika Bayangkara, dan Syafril, ditambah dua pemain U-20: Aldo dan Jovan. Tidak ketinggalan dua pemain U-16: Rizki dan Aditya. Kehadiran mereka diramaikan dengan kejenakaan Prabu, maskot Persib.
“Saya sangat senang bisa menghibur mereka,” ujar Dhika Bayangkara, kiper baru yang baru saja direkrut oleh Maung Bandung.
“Semoga kegiatan ini bermanfaat, memberikan hal positif untuk semua. Semoga dalam peringatan ini kita semua bisa terus berolahraga, dan olahraga bisa menyentuh semua lapisan masyarakat,” lanjut Dhika.
Sementara itu, Aziz secara implisit menyatakan terkesan dengan acara tersebut. “Kita dengan mereka tidak ada jarak, cuma beda dalam masalah komunikasi. Mereka juga wajib berolahraga untuk kesehatan” katanya usai acara.
Sepak bola memang melepas batas setiap individu, tidak terkecuali siswa-siswa disabilitas penyandang tunarungu. Mereka begitu antusias terlibat dalam aktivitas olahraga bersama para pesepak bola.
Bahkan menurut Sudarman, Kepala Sekolah SLB Negeri B Cicendo, beberapa siswa sengaja membeli jersi Persib untuk menyambut kedatangan tim kebanggaan mereka di sekolah. “Ada yang tidak mau memakai baju olahraga. Mereka sengaja membeli baju Persib,” ucapnya.
Lebih jauh, Sudarman berharap kegiatan tersebut memberikan motivasi kepada para siswa di SLB B Cicendo dalam aspek olahraga. Apalagi menurutnya beberapa siswa SLB tersebut telah menorehkan prestasi pada jenjang regional dan nasional.
Sementara itu Ikhsan, salah seorang guru olahraga, berharap kegiatan ini bisa memotivasi para siswa untuk belajar sepak bola secara serius. Hal ini berdasar adanya pertandingan sepak bola untuk anak-anak penyandang tunarungu.
“Mereka itu fanatik terhadap Persib, bahkan jika Persib tanding selalu ramai membicarakannya. Sehingga ketika mendengar kabar pemain Persib mau datang mereka sangat gembira,” tegas Ikhsan.
Saeful, salah satu siswa SLB, melalui perantara Ikhsan, menyatakan kebahagiaannya bertemu para pemain Persib. Bersama beberapa temannya, Saeful memang gemar main sepak bola. Tidak lupa pada acara ini dia berswafoto bersama pemain idolanya.

Hari itu, meski panas menyengat, siswa SLB tampak begitu ceria. Keringat yang menetes di lengkung garis wajah mereka tidak hadir sebagai makna kelelahan. Tangan mereka terus melahirkan kata isyarat akan kecintaannya pada sepak bola. Seperti yang tertoreh pada poster yang berisi harapan akan kemenangan.
Persib, begitu juga tim sepakbola lain, mungkin hanya nama, tetapi bagi mereka sepak bola adalah cinta yang melepas batas keterbatasan. (Agus Bebeng)